SELAMAT DATANG DI WEBSITE DS.KIYONTEN KEC.KASREMAN KAB.NGAWI <<<< DIRGAHAYU KE-79 REPUBLIK INDONESIA

Artikel

Maleman, Tradisi Umat Muslim Sambut Malam Lailatul Qadar

12 April 2023 12:59:16  SUPARNO  3.426 Kali Dibaca  Berita Desa

kiyonten.desa.id - Masyarakat dipulau jawa secara umum menyebutnya Maleman, yaitu tradisi kenduri atau wilujengan yang dilaksanakan pada malam ganjil di sepertiga akhir bulan suci Ramadhan.

Tradisi maleman diyakini sudah ada sejak awal penyebaran agama Islam di tanah jawa. Maleman merupakan sebuah bentuk akulturasi antara Islam dan masyarakat Jawa. Maleman ini adalah pengaplikasian dari hadist nabi yang menyatakan bahwa pada sepuluh hari terakhir di indikasikan sebagai turunnya malam lailatul qadar atau malam seribu bulan.

Para malaikat dan ruh (Malaikat Jibril) akan turun pada malam itu dengan izin Allah. Bagi siapa saja yang beribadah di malam tersebut maka nilainya akan lebih baik dari pada seribu bulan. Sehingga, dalam sejarahnya, para wali berusaha mengingatkan akan betapa pentingnya malam tersebut melalui budaya yang dikenal dengan maleman. 

Menurut media yang beredar, tradisi maleman di sejumlah daerah memiliki caranya masing-masing. Khususnya di wilayah Desa Kiyonten, tradisi maleman dilakukan pada malam 21 bulan Ramadhan dengan cara kenduri atau wilujengan yang berlangsung di Masjid atau dikediaman tokoh adat atau perangkat desa.

Selepas waktu Ashar, umat muslim Desa Kiyonten berbondong-bondong menuju tempat kenduri pada selasa (11/04/2023). Pria dan wanita maupun anak-anak tampak riang membawa ambengan baik dengan encek atau wadah plastik dengan sejumlah lauk pauk yang beraneka ragam.

Selain ambengan, biasanya masyarakat yang hadir juga membawa uang receh atau dikenal dengan nama Binat dalam tradisi jawa dan ditaruh di wadah yang telah disiapkan. Setelah semuanya berkumpul, ambengan dikumpulkan menjadi satu dan diberikan kepada yang hadir setelah ditukar antara ambengan satu dengan yang lainnya.

Acara kenduri / wilujengan biasanya dipimpin oleh tokoh adat atau tokoh agama yang ada diwilayah tersebut. Dengan ciri khas jawa, ungkapan rasa syukur diungkapkan dengan rentetan kalimat yang runtut, teratur yang menjadi hal sakral dalam acara kenduri. Setelah acara inti kenduri selesai, dilanjutkan dengan do’a bersama, memohon rahmat dan berkah dari Allah SWT.

 

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Aparatur Desa

Back Next